Perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Terlebih dengan adanya internet, memungkinkan interaksi antarbudaya menciptakan standar baru dalam etika, dimana netizen dapat berpartisipasi dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya.
Etika berinternet diperlukan sebagai tata krama, bahwa kita harus menyadari berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan lain.
Etika digital relevan dan bisa dipraktikkan untuk warga Indonesia. Adanya etika dalam teknologi dapat mengatur batasan sikap dan perilaku seseorang di media digital. Hal ini dapat mengurangi tindakan perisakan, berita bohong (hoaks), pelecehan seksual, hingga ujaran kebencian.
Budaya digital meliputi kemampuan pengguna agar tetap berbudaya dan mencintai produk dalam negeri. Adapun etika digital mengatur mengenai kemampuan pengguna internet agar memerhatikan etika saat berinteraksi dengan pengguna lainnya, sehingga tercipta ekosistem digital yang sehat.
Dalam Program Merdeka Belajar, pembelajaran etika dan kesadaran perilaku baru sangat diperlukan untuk menciptakan generasi digital yang cerdas dan mencerahkan, produktif dan berbingkai keadaban mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran perlu memasukkan nilai-nilai agama. Tentunya memasukkan nilai agama bukanlah sebuah pemikiran pragmatis dan sekuler. Bukan pula alergi dan menolak digitalisasi. Tetapi karena nilai agama dan akhlak mulia melekat dalam peta jalan pendidikan maupun pemikiran dan kebijakan pendidikan nasional yang telah disusun dalam perundang-undangan yang bersifat fundamental dan imperative.
Melalui program merdeka belajar guru perlu membangun komunikasi yang lebih baik lagi dengan orang tua. Orang tua perlu diberikan ekspektasi yang realistis tentang pencapaian anak ketika Belajar dari rumah.
0 komentar:
Posting Komentar